Monday, June 30, 2014

KEGAGALAN FUELBAND NIKE

Banyak yang menganggap peranti elektronik yang dipakai tubuh (wearable device) tak akan sukses, namun sedikit yang mempredisi bahwa kegagalan terbesar akan menimpa Nike Inc. dengan produk gelang elektronika bernama Fuelband. Eksperimen Nike pada alat pemantau kondisi tubuh saat berolahraga yang bisa dikoneksikan ke ponsel cerdas itu memang belum benar-benar gagal total, namun sudah di ujung tanduk. 
Pada Jumat 18 April lalu Nike diketahui telah melepas sebagian besar staf rekayasa teknologi yang bekerja pada proyek itu dan akan menghentikan produksinya. Namun, sehari kemudian Nike menegaskan bahwa Fuelband masih merupakan produk yang penting dalam portofolio bisnisnya dan akan terus mendukung model terbarunya, Fuelband SE. Namun, mereka mengaku memang telah melakukan pemutusan hubungan kerja "sejumlah kecil karyawan" serta tak lagi mengungkapkan rencana pembuatan model lanjutan gelang canggih itu.
"Nike berkomitmen kepada Nike+, kepada NikeFuel, dan mendorong inovasi untuk memberikan pengalaman yang lebih kaya bagi semua atlet," kata KeJuan Williams, juru bicara perusahaan melalui surat elektronik. "Kami akan terus meningkatkan kemitraan untuk mengembangkan ekosistem produk digital dan layanan kami, menggunakan NikeFuel sebagai alat pengukur, pemotivasi, dan peningkatan prestasi olahraga."
NikeFuel adalah sebuah sistem misterius yang dikembangkan Nike untuk mengonversi pergerakan lengan menjadi alat ukur kinerja keseluruhan aktivitas fisik pemakai Fuelband, sebuah cara pintar untuk tetap menjaga orang menggunakan gadget buatan perusahaan asal Washington County, Oregon, itu. Yang jelas, jika Nike melepas bisnis perangkat keras pintar wearable itu, maka mereka melewatkan potensi sesungguhnya dari diri mereka sendiri sebagai perusahaan yang memahami apa yang ingin dipakai oleh orang-orang. 
Namun, sulit membayangkan masa depan cerah dari sebuah perangkat keren yang tidak dikoneksikan ke peranti lain yang sudah lebih dulu populer. Fuelband hanya terhubung dengan internet ke situs komunitas Nike+ atau iOS 5.0, sistem operasi yang berjalan di iPhone dan iPad. Padahal, sebagian besar peranti bergerak menjalankan sistem operasi Android. Mungkin, Nike harus meminta perusahaan lain untuk memasarkan produk hasil inovasi mereka. Tahun lalu, Nike menjalankan program untuk membantu perusahaan lain mengembangkan aplikasi yang dibangun di sistem NikeFuel. Awal bulan ini, Nike membuka Nike+ Fuel Lab di San Fransisco yang digambarkan mereka sebagai pengembangan penting dari konsep ini.
Tak ada mitra Nike yang akan membangun peranti keras. Dengan atau tanpa produk Fuelband, ponsel cerdas tampaknya menjadi pilihan paling banyak diambil oleh konsumen untuk berkoneksi dengan sistem NikeFuel. Lebih dari 45% warga Amerika Serikat menggunakan aplikasi fitness atau kesehatan di ponsel mereka menurut lembaga riset pasar Nielsen. Nike sendiri telah memiliki aplikasi fitness untuk iPhone dan peranti Android.
Mungkin, ini hanyalah masalah pembiasaan mengenai bagaimana menggunakan teknologi untuk memonitor tingkat kebugaran tubuh. Namun, kegagalan Fuelband ini seakan menjadi pembenaran bahwa pasar memang belum siap menerima peranti yang dipakai tubuh. "Konsumen belum memahami kenapa mereka membutuhkan peranti teknologi wearable," kata James Rusco, wakil presiden Nielsen. "Itu tampak sangat jelas dalam riset pasar kami."
Jika memang perusahaan teknologi ingin terus meyakinkan konsumen tentang manfaat peranti wearable, maka Nike merupakan perusahaan terbaik untuk melakukan tugas itu. Jika akhirnya Nike memilih minggir, kini tinggal ada Apple Inc. yang salah satu eksekutifnya duduk di jajaran pimpinan Nike. Nike dan Apple telah berkolaborasi dalam teknologi pemantau kebugaran tubuh. Apple menambahkan sensor di iPhone terbaru yang memungkinkan peranti itu melakukan pengukuran aktivitas fisik dengan NikeFuel. Bertemunya kepentingan kedua perusahaan bukan hal yang mustahil dan Nike telah membuka jalannya.


SUMBER : Joshua Brustein. Selasa, 22 April 2014